by

Masyarakat Melayu Kecam Pertikaian TNI-Brimob di Batam

-Berita Foto-138 views

Sabtu,22 November 2014
btm
Protap Riau.Com, Batam – Masyarakat Melayu yang tergabung dalam Laskar Melayu Bersatu Provinsi Kepulauan Riau mengecam keras bentrokan yang diwarnai insiden tembak-menembak antara anggota TNI-AD dan Polri di Markas Brigade Mobil Polda Kepulauan Riau, Tembesi, Batam, Rabu (19/11).

“Kami mengecam dan mengutuk keras bentrokan yang melibatkan aparatur yang seharusnya menjadi pelindung bangsa dan pagar negara. Mereka mempertontonkan perbuatan yang memalukan ke masyarakat,” kata Ketua DPW Laskar Melayu Bersatu Provinsi Kepulauan Riau Datuk Panglima Azman Zainal, dalam keterangan persnya, Jum`at (21/11).

Azman Zainal mengatakan, bentrokan tersebut seharusnya tidak terjadi jika kedua belah pihak memegang teguh sumpah dan janji ketika diangkat sebagai aparatur negara. Menurut dia, Provinsi Kepulauan Riau sebagai tanah Melayu sangat menjunjung tinggi adat dan budaya, mengedepankan semangat kebersamaan dan persaudaraan dalam menyelesaikan satu masalah.

“Ibarat pepatah, buang yang keruh ambil yang jernih. Bukan masalah kecil dibuat jadi besar, apalagi sampai memakan korban. Dan itu terjadi sesama aparat, kalau kepada kami masyarakat, maka bisa hancur negeri ini. Mereka seharusnya malu menggunakan senjata yang dibeli dengan uang rakyat untuk melindungi negara dan rakyat, tapi digunakan untuk adu tembak sesama aparat,” tuturnya.

Azman mengatakan dampak dari insiden tersebut sangat luas, selain menimbulkan ketakutan dan kecemasan di tengah masyarakat, bentrokan tersebut juga akan berpengaruh pada iklim investasi. “Banyak yang rugi dengan kejadian itu, investor juga bisa lari. Kita semua dalam kecemasan, kalau perang lawan penjajah, kami sebagai pagarnya adat dan negeri, juga siap berperang walaupun tidak ada latihan dan sekolahnya. Matipun kami siap untuk mempertahankan kedaulatan NKRI,” ucapnya.

Menurut dia, penyelesaian pertikaian oknum TNI dan Polri di Batam seharusnya menjadi perhatian serius Presiden Joko Widodo, Panglima TNI, maupun Kapolri. Ia juga menilai pimpinan dua institusi di Kepulauan Riau itu gagal membina anak buahnya.

“Kalau preman yang bertikai mungkin karena mereka memang tidak berpendidikan. Tapi aparat negara ada sekolahnya dan ada pula etika, disiplin dan aturan yang harus dipatuhi,” tuturnya.

Pemerintah harus mengevaluasi kembali regulasi maupun pola pembinaan baik di tubuh TNI maupun Polri. Di satu sisi, lanjutnya, masing-masing institusi dituntut untuk memiliki semangat membela kesatuan, namun di sisi lain semangat itu tidak boleh dijadikan alasan untuk berbuat semaunya.

“Kalau dulu, seorang kolonel memiliki kharisma dan sangat dihargai sebagai pembela bangsa dan negara. Sekarang sebaliknya, masyarakat menjadi hilang rasa hormatnya terhadap oknum-oknum aparat. Ia juga mempertanyakan hasil kerja tim investigasi yang dibentuk TNI dan Polri terkait insiden yang juga melibatkan kedua institusi saat kepolisian di Batam menggerebek sebuah gudang solar di daerah itu.

“Sampai saat ini hasil penyelidikan tim investigasi belum jelas ujungnya, dan sekarang muncul lagi insiden baru. Usut tuntas masalah yang sebenarnya sehingga tanah Melayu ini aman dan damai. Bentrokan anggota TNI dan Polri di Mako Brimob Polda Kepulauan Riau, Rabu (19/11), sebagaimana dilaporkan Antara di Batam, dipicu adu pandang dua personil TNI Yonif 134/Tuah Sakti dan dua personil Brimob Polda Kepulauan Riau saat mengisi bahan bakar di sebuah SPBU di Batam.(GTR/Dk)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed