Minggu, 28 Mey 2017
Protap riau.com, PEKANBARU – Sehari, menjelang Ramadhan di beberapa wilayah di Indonesia. Masyarakat, memiliki ke-Unikan tradisi yang berbeda-beda. Untuk, menyambut bulan suci Ramadhan. Salah, satunya dengan mengadakan acara Balimau Kasai.
Balimau Kasai ini, merupakan ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan atas kaarunianya. Sehingga, diri masih diberi kesempatan memasuki bulan suci ramadhan. Balimau Kasai, juga menjadi simbol pembersihan diri sebelum memasuki bulan puasa.
Di provinsi Riau, khususnya masyarakat Kampar, setiap menjelang Ramadhan selalu mengadakan acara ini. Sepanjang aliran Sunga Kampar, sebelum maghrib menjelang masyarakat tumpah ruah turun ke sungai, mandi membersihkan diri.
Balimau secara harfiah, memiliki makna pembersihan diri memasuki bulan puasa. Simbol, pembersihan tersebut dipraktikkan dengan cara mandi menggunakan air yang dicampur jeruk. Bagi masyarakat, setempat yang disebut limau. Jeruk yang digunakan adalah jeruk nipis atau jeruk purut. Sebelum digunakan, limau direbus terlebih dahulu hingga lembut.
Lalu Kasai berarti, wangi-wangian yang dipakai untuk membersihkan badan. Bahan, yang digunakan untuk membuat kasai ini adalah beras yang dicampur dengan kunyit dan tambahan kencur. Semua, bahan ditumbuk hingga halus.
Balimau Kasai
Balimau Kasai berisi, jeruk dan beras dan kunyit serta bahan lain yang ditumbuk.
Setiap masyarakat Sebelum sore saling mengunjungi kerabat yang lebih tua untuk mengantar bahan Balimau Kasai. Sebagai bentuk ucapan terimakasih dan kasih sayang orang yang dihantari bahan balimau kasai akan memberikan uang kepada anak-anak.
Nilai adat mulai luntur
Namun seiring bertambahnya zaman nilai otentik dari Balimau Kasai mulai luntur. Untuk mencari praktisnya bahan limau kini tak lagi menggunakan jeruk nipis tetapi sudah diganti dengan shampo sachet, dan kasai tidak lagi dibungkus daun pisang tapi dibungkus plastik. Bentuk Balimau Kasai seperti ini memberikan kesan hanya asal jadi, membuat nilai tradisinya berkurang.
Limau sudah diganti dengan shampi sachet
Acara prosesi mandi balimau juga banyak dibumbui hal-hal yang tidak islami, seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan saat mandi serta iringan musik orgen tunggal yang semakin mengaburkan nilai islam.
Dulu sebelum nilai adat ini luntur, antara pria dan wanita betul-betul lokasi pemandiannya tegas dipisah, untuk pria dibagian atas aliran sungai sedangkan wanita dibagian bawah sungai.
Mirisnya masyarakat dari luar wilayah Kampar yang ingin menyaksikan tradisi ini juga turut andil mempeburuk lunturnya nilai-nilai islami. Bagi muda-mudi acara ini justru dijadikan tempat berpacaran, ajang cuci mata.
Para tokoh masyaratkat sebetulnya juga tidak tinggal diam dengan fenomena ini. Mereka berusaha mengembalikan sesuai acara ini sesuai dengan tujuannya yang lebih baik. Salah satunya adalah melarang adanya iringan musik, masyarakat yang ingin mandi juga dihimbau agar memisahkan diri dari lawan jenis. Namun sekeras apapun himbauan sepertinya masyarat tetap saja menemukan celah untuk melakukan kegiatan di luar nilai-nilai tradisi dan agama tersebut. (Tina)
Comment